Rabu, 23 Februari 2022

RAPID TEST COVID-19, SEBERAPA AKURAT?

 RAPID TEST COVID-19,  SEBERAPA AKURAT?

(Dr. Eny Rahmawati, MSc, SpPK (K)


Menghadapi wabah Covid-19 yang semakin merajalela ini, penegakan diagnosis adalah sangat penting untuk penatalaksanaan pasien. Pasien yang datang dengan demam, batuk, dan pilek belum tentu menderita Covid-19. Dokter akan menegakkan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, foto thorax dan laboratorium.

Ketua KSM Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium/Kepala Instalasi Laboratorium Sentral RSMH Palembang, Dr Eny Rahmawati, MSc, Sp.PK(K) menjelasakan, bahwa berdasarkan urutan tingkat kepercayaan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis Covid-19, yang pertama adalah dengan Kultur Virus, kedua dengan pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) RNA virus Corona-19, ketiga dengan Rapid Test Antigen, dan yang terakhir dengan Rapid Test Antibodi. 

"Kultur Virus belum dapat dilakukan, sehingga standar tertinggi saat ini untuk mendiagnosis Covid-19 adalah dengan pemeriksaan PCR dengan specimen swab nasofaring dan orofaring," jelasnya.  

Pemeriksaan ini sangat sensitif dan spesifik sehingga sangat akurat untuk menegakkan diagnosis dan monitor terapi Covid-19. Namun ketersediaan reagen (primer), menurut dr Eny masih sangat terbatas, pengerjaannya  juga memakan waktu yang relatif lama, membutuhkan Laboratorium yang memenuhi standar keselamatan (BSL) 2, dan juga membutuhkan tenaga yang terlatih. 

Nah baru-baru ini yang sedang ngetrend dan digembar-gemborkan adalah Rapid Test Antibodi. Tes ini sering disebut dengan test cepat karena memang pengerjaannya cepat dan simple. Dalam waktu 15  menit sudah dapat dilihat hasilnya. 
"Tes ini berbasis pada reaksi antigen dan antibodi sehingga menghasilkan warna berupa garis di dalam casset atau stik,"  katanya

Sementara bahan yang diperiksa bisa berupa darah utuh dari ujung jari, plasma ataupun serum. Hasil positif menunjukkan adanya antibodi virus corona dalam tubuh orang tersebut. Hasil negatif menunjukkan tidak adanya antibodi virus corona. "Apabila seseorang terinfeksi virus corona maka akan terbentuk antibodi di dalam tubuhnya," ujarnya lagi. 

Namun, Dia menjelaskan antibodi yang pertama terbentuk adalah IgM dan dapat dideteksi di dalam darah setelah sekitar 7 hari dari terjadinya infeksi. Setelah itu akan terbentuk antibodi IgG yang dapat bertahan lama di dalam darah. Alat rapid test ini akan mendeteksi adanya antibodi IgM dan IgG di dalam darah. 

Sayangnya,  Rapid test ini masih menjadai perdebatan dan masih dalam proses penelitian lebih lanjut. Hasil positif dapat terjadi karena adanya reaksi silang dengan Antibodi terhadap virus corona jenis lain yang pernah menginfeksinya. "Hal ini disebut positif palsu," tegasnya. 



Hasil negatif dapat terjadi pada orang yang sudah terinfeksi tetapi belum terbentuk antibodi, "Hasil ini disebut negatif palsu," katanya.

Oleh karena itu, orang yang dites rapid Covid-19 positif harus dilanjutkan dengan pemeriksaan PCR, bagi yang hasil tesnya negatif harus diulang setelah 7-10 hari kemudian, apabila positif, maka harus dilanjutkan dengan PCR.

Dia menyimpulkan , bahwa  pemeriksaan rapid test tidak seakurat PCR. Interpretasinyapun harus melibatkan Dokter Spesialis Patologi Klinik. 

Namun yang penting adalah,  bagaimana warga tetap menjalankan sesuai anjuran pemerintah dalam menghadapi wabah ini yaitu menjaga jarak aman, tidak keluar rumah bila tidak perlu, sering cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan jangan menyentuh muka, mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci. Disamping itu, doa adalah hal terpenting disamping usaha dan ikhtiar, berikutnya tawakal," pungkasnya.


(promkes)

RAPID TEST COVID-19, SEBERAPA AKURAT?

  RAPID TEST COVID-19,    SEBERAPA AKURAT? (Dr. Eny Rahmawati, MSc, SpPK (K) Menghadapi wabah Covid-19 yang semakin merajalela ini, penegaka...