KANKER TULANG
Genetik, Jadi Faktor Risiko Paling
Kuat
Naraasumber: dr Mochammad Ridho Nur
Hidayah SpOT (RSMH Palembang)
Kanker Tulang adalah pertumbuhan tidak normal terhadap
tulang.
Misalnya
tumbuh tumor pada tulang. Tumor ada dua jenis ada yang
ganas dan yang tidak ganas. Kalau ganas pantas disebut kanker. Makanya kalau
bicara kanker pasti tumor yang tumbuh pada tulang itu sudah pasti ganas.
"Kanker ini, biasanya terjadi
pada tulang yang ruasnya panjang, seperti tulang paha, tulang betis atau tulang
kering, kemudian tulang lengan. Namun sebenarmya semua tulang bisa terjadi
kanker. Angka kejadiannya paling banyak pada tulang ruas panjang.
Menurut WHO pada literatur yang lama
bahwa jumlah kanker tulang 8-11 kejadian
per 1 juta kelahiran. Memang paling banyak terjadi pada usia dari lahir sampai
usia 20 tahun.
"Sebenarnya kanker tulang ganas dan ada banyak juga macamnya, tapi paling banyak adalah osteosarkoma atau osteosarcoma. Jenis ini ada 8 subtipenya.
Yang diduga kuat menjadi faktor resiko penyebab kanker tulang ini adalah
genetik dan terpapar radiasi. Namun penyebab utamanya masih idiopatik atau kondisi medis yang belum dapat terungkap jelas penyebabnya. Radiasi yang menjadi faktor resiko ini, mulai dari radiasi radiologi,
radiasi kemotrapi dari pengobatan kanker lain, dan radiasi nuklir.
Ciri-cirinya kanker tulang yakni
tumbuhnya cepat, kurang dari 3 bulan sudah membesar, bengkaknya tidak lazim,
ada benjolan yang kemerahan, terjadi penektrasi atau konektasi pembuluh darah,
atau pembuluh darah melebar.Sama seperti kanker lain, kanker tulang di
golongkan stadium 1, 2 dan 3. Itu dilihat dari ukuran dan penyebaran tumor kanker.
Pencegahan kanker karena faktor dari genetik agak sulit, namun kalau ada faktor risiko sebaiknya lakukan cek tulang. Kalau terdeteksi
dini, maka terapinya jauh lebih baik. "Artinya kalau tumor masih kecil
maka banyak hal yang bisa dilakukan, jadi bisa buang tulang yang tumor lalu
ganti tulang palsu.
Kami sarankan kalau merasa nyeri
pada tulang, kemudian ada benjolan, segera di ronsen, jangan
dipijit. Kenapa tidak boleh dipijit, karena bisa jadi tumor akan pecah, kalau
pecah akan mudah menyebar.
Dengan dironsen maka akan jelas benjolannya
kenapa, apakah tumor biasa, atau ganas, atau cuma cidera biasa, skrining gen
ada, namun belum mungkin dilakukan di Indonesia. Adanya di luar negeri. Atau di
negera maju.
Untuk pengobatan tergantung stadium, diawali dengan
kemotrapi, setelah dilakukan kemotrapi, kita lihat tumornya, apakah mengecil atau membesar, setelah itu diambil tumornya.
Tetapi tidak semua tumor ganas dapat diobati dengan kemotrapi, kalau kebal maka
jalannya adalah amputasi. Dilanjutkan dengan tiga siklus kemotrapi, untuk
menhindari tumor menyebar ke tempat lain, terutama ke paru-paru.
Dengan deteksi dini penanganan kanker tulang akan jauh lebih baik, karena akan menurunkan
resiko kematian penyebaran tumor. Penanganan lebih
dini akan dapat menghindari amputasi
seperti kasus yang sudah berat.
(Doc. Humas RSMH)