Selasa, 23 Juni 2020

COVID-19 Pada Anak Narasumber : Dr. Fifi Sofiah, SpA(K)


COVID-19

Pada Anak


Narasumber : Dr. Fifi Sofiah, SpA(K)
RSMH Palembang




Kasus COVID-19 lebih banyak ditemukan pada usia dewasa, namun sebenarnya usia anak dari bayi baru lahir hingga usia remaja < 18 tahun juga disebut sebagai kelompok usia yang relatif rentan terkena virus corona ini, walaupun sebagian besar tanpa gejala atau bergejala ringan. Data yang dikumpulkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengemukakan fakta bahwa tingkat penularan virus corona pada anak-anak di Indonesia tergolong cukup tinggi bahkan dapat berkisar 10% dari seluruh kasus konfirmasi yang ada, sehingga harus membuat orangtua waspada walaupun saat ini anak masih stay at home.


Tingginya penemuan kasus COVID-19 pada anak di Indonesia juga lebih banyak didapatkan dari hasil penelusuran kasus konfirmasi dalam rumah, sehingga kasus konfirmasi anak yang ditemukan banyak yang tanpa gejala. Temuan kasus COVID-19 dengan gejala berat bahkan terjadi kematian pada ditemukan di Indonesia, terutama pada anak dengan daya imun rendah (imunokompromais) atau pada anak dengan penyakit kronis. Sehingga kelompok anak ini harus lebih dijaga kesehatan dan keselamatannya.


Sejak awal pandemi, informasi seputar penularan dan dampak  virus corona pada anak-anak terus berkembang menyesuaikan penelitian-penelitian dari dalam dan luar negeri, sehingga masyarakat harus ter-update agar dapat mengantisipasinya sejak awal dimulai dari rumah.


Gejala COVID-19 Pada Anak-Anak

Gejala COVID-19 pada anak-anak tidak fatal seperti orang dewasa, kewaspadaan terhadap kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19 atau berasal dari atau bepergian ke zona merah menjadi hal penting untuk menghubungkan gejala ke arah COVID-19. Gejala yang timbul terkait dengan tempat perlekatan virus ini dapat ditemukan di organ lain selain paru maka dapat juga ditemukan gejala terkait dari organ jantung, ginjal, otak, kulit, mata, hingga organ pencernaan.


Tanda dan gejala infeksi virus corona pada anak yang dapat ditemukan antara lain demam, batuk, pilek, sakit tenggorok, gangguan penciuman atau pengecap, sakit perut hingga diare, mual muntah, sakit leher, muncul ruam di kulit, mata merah, merasa sangat lelah dan gejala lainnya.


Dalam kasus yang parah, anak-anak yang terserang virus corona juga dapat memperlihatkan tanda kegawatdaruratan, seperti sesak napas, sakit perut parah, dan bibir serta wajah kebiruan. Jika sudah muncul tanda-tanda ini, segera bawa si kecil ke rumah sakit.


Anak-anak yang terinfeksi virus corona gejala di atas bisa berujung pada komplikasi serius hingga kematian. Namun, sebagian besar anak bisa sembuh dengan pengobatan medis, terutama bila gejalanya ditemukan sejak awal.

Antisipasi Anak pada New Normal

Menanggapi keputusan Pemerintah setempat untuk mulai melaksanakan New Normal serta dibukanya kantor serta tempat beraktivitas lainnya, maka IDAI memandang perlu untuk mengingatkan masyarakat luas untuk tetap melakukan protokol kesehatan secara ketat dengan penuh kesadaran untuk mencegah penularan infeksi COVID-19.


Mengingat sulitnya menerapkan pencegahan penularan penyakit pada anak, maka disarankan untuk mengikuti anjuran berikut:

1.    Saat ini, IDAI menganjurkan anak-anak untuk tetap berada di rumah

2.    Setiap orang yang kembali dari aktivitas di luar rumah wajib melepas & membersihkan semua pakaian serta perangkat yang digunakan atau dibawa (alas kaki, telepon genggam, tas, jaket, kantung belanja, dll) kemudian mandi & keramas sampai bersih sebelum melakukan kontak dengan anak


3.    IDAI menghimbau orang tua dan keluarga untuk tidak membawa anak-anak ke tempat umum seperti taman, pusat rekreasi, atau pusat perbelanjaan, atau berkumpul membentuk kerumunan seperti tempat bermain, tempat penitipan anak, kursus, dsbnya. Jika anak terpaksa dibawa keluar rumah dalam keadaan mendesak, maka:
·         Anak harap selalu didampingi orangtua dan/atau pengasuhnya
·         Anak tetap harus menjaga jarak fisik sejauh 2 meter
·         Anak usia 2-18 tahun & orang dewasa dianjurkan menggunakan masker. Jika dirasakan penggunaan masker tidak bisa dilakukan secara maksimal, maka dapat ditambahkan penggunaan faceshield
·         Menggunakan barrier atau penghalang sesuai alat yang sedang dipakai saat bepergian, seperti menggunakan kereta dorong dengann penutup pada anak di bawah usia di bawah usia 2 tahun
·         Menjauhi orang yang sakit
·         Melakukan cuci tangan atau kebersihan tangan sesering mungkin
·         Menghindari memegang mulut, mata & hidung

4.    Penggunaan masker, face shield & alat pelindung diri lainnya tidak serta merta mencegah infeksi COVID-19. Perlindungan terbaik saat ini adalah mencegah pajanan infeksi dengan tetap berada di rumah


(Doc.Promkes RSMH)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RAPID TEST COVID-19, SEBERAPA AKURAT?

  RAPID TEST COVID-19,    SEBERAPA AKURAT? (Dr. Eny Rahmawati, MSc, SpPK (K) Menghadapi wabah Covid-19 yang semakin merajalela ini, penegaka...